Monday 16 September 2013

Latar Belakang

Diawali dengan inisiatif Presiden Soekarno memperingati 100 tahun Haul Pangeran Diponegoro di tgl. 8 Januari 1955 di Istana Negara,  yang disampaikan oleh : Dr. F.L. Tobing (Menteri Penerangan RI), Mr. Muhd. Yamin (Menteri P.P. & K.), dan Ir. Soekarno (Presiden R.I).

Dr. F.L. Tobing (Menteri Penerangan RI) :
“Utjapan bersedjarah Diponegoro jang disambut dengan penuh kesanggupan oleh pengikut-pengikutnja, masih tetap bergema di kalbu kita sekarang, dan akan tetap bergema bagi anak tjutju kita. Beliau berkata : “Rumah kita telah habis terbakar mendjadi abu : marilah kita dirikan jang baru di dalam kalbu”.

Mr. Muhd. Yamin (Menteri P.P. & K.) :
“Tanggal wafat Diponegoro 8 Djanuari 1855, adalah menurut tiga kenjataan. Pertama-pertama, karena wafatnja beliau itu adalah dituliskan dalam suatu acta notaries tiga lembar. Jang dua lembar sudah hilang, dan lembar jang ketiga terdapat di Algemene Secretarie dan sekarang sudah disimpan dalam Land’s Archief di kota Djakarta ini. Disana disebutkan bahwa beliau meninggal pada tanggal 8 Djanuari 1855 pagi-pagi hari pada djam 06.30. Kemudian kenjataan dari acta notaries ini dikuatkan lagi dengan pembatjaan tulisan nisan daripada beliau sendiri di kota Makassar, jang membenarkan tanggal jang disebutkan tadi”.

(Presiden R.I) :
“Pahlawan di belakang perdjuangan Diponegoro jalah isteri beliau sendiri Ratnaningsih, seorang bangsawan berharta jang menaburkan segala hartanja kepada rakjat untuk berdjuang di Selarong.  Ja, Diponegoro telah berdiri diatas realiteit jang sehebatnja, jaitu realiteit bersatu dengan rakyat. Tidakkah sedjarah mengatakan bahwa ia tidak mau tunduk didalam keraton, lebih baik dia duduk diluar keraton bersatu dengan rakjat; Tegalredjo, di Selarong, ditempat jang lain-lain”.

No comments:

Post a Comment