Thursday 18 February 2016

Tulisan tentang RM Djonet dari Peter Carey

Keterangan dan bahan saya pernah lihat mengenai Raden Mas Joned (sekitar 1815-1837) adalah:
1. Putra sulung DN dengan istri sah ke-empat Raden Ayu Maduretno (sekitar 1798-1827), putri Raden Ronggo Prawirodirjo III, bupati wedana Madiun (1796-1810) dan permaisurinya, Ratu Maduretno (sekitar 1790-1810).
2. Ikut dengan Diponegoro di Magelang dan juga menjadi sebagian dari rombongan Sang Pangeran waktu berjumpa dengan De Kock pada hari idulfitri yang naas, minggu 28 Maret 1830. Diwarisi sebuah pusaka keris dan tombak oleh DN, Kyai Abijoyo (keris), favorit DN; dan Kiai Gagosono (tombak), lihat Kuasa Ramalan, III, Apendiks XI. hlm.969.
3. Setelah DN ditangkap secara curang, Jonet kembali ke Yogya dan rupanya tinggal di keraton Yogya sampai dia 22 tahun waktu - menurut sejarawan Belanda - Jan Hageman Jcz - yang menulis buku Geschiedenis van den Oorlog op Java (1825-30) (Batavia: Lange, 1856) - yang banyak wawancarai orang di keraton Yogya yang terlipat perang jawa - meninggal dalam perkelahian dengan opsir Belanda di jalan di Yogya pada 1837 sesudah satu pertengkaran.
Ini semua yang saya tahun dari sumber Belanda tentang RM Joned. Biasanya Hageman tepat dan oleh sebab dia sempat mewawancarai banyak orang di Yogya yang terlipat dalam peristiwa Perang Jawa, saya merasa dia tidak bohong.
Semoga ada manfaat.
Peter
Sejarah tidak dogma - terus menerus mengalir - jadi pasti kalau ada informasi baru diasarkan arsip yang sakti dan sumber yang sakt harus ditulis kembali. Saya mengalami ini dengan apa yang saya pernah menulis mengenai eyang buyut DN, Ratu Ageng, yang menjadi pelindung (ibu angkat) Sang Pangeran di Keraton Yogya/Keputren (1785-92) dan Tegalrejo (1793-1803). Ratu Ageng wafat 1803. Baru-baru ini saya ada kesempatan untuk membaca sebuah monograf/studi khusus yang didasarkan di atas penelitian di keraton Ygya mengenai penganut Shattariyah (tarekat) di Yogya pada abad 18-belas. Rupanya Ratu Ageng adalah penganut Shattariyah yang paling penting (semacam pentol agama Islam Sufi tahun 1760-80-an) dan ada kemungkinan besar beliau menjadi pembimbing DN dalam pelajaran tarekat itu selama ia menjadi pelindung/ibu angkat. Seperti kita mengetahui dari Babad DN, Sang Pangeran juga menjadi anggota tarekat Shattariyah. Jadi bab II di Kuasa Ramalan (Bab I di Takdir) harus ditulis ulang, Bisa juga menjadi sama hal dengan deskripsi saya tentang RM Jonet kalau ada bukti baru. Seperti saya bilang - history is a process - tidak ada yang 'fixed' (pathok). Peter

 

No comments:

Post a Comment