Sunday 27 September 2015

KONTROVERSI antara Pangeran Jonet dan Mesjid Mataraman, Jakarta


mesjid Matraman, Jl Penggangsaan Timur, JakPus


Wafatnya RM Jonet menjadi kontroversi karena ada 2 versi yang berbeda
1. Menurut sejarawan Inggris Bapak Peter Carey, yang telah berhasil memperjuangkan babad Diponegoro menjadi warisan Unesco , RM Jonet bin Pangeran Diponegoro wafat tahun 1837, di Jogyakarta ketika beliau melancarkan aksi pemberontakan kepada Belanda,  sumbernya adalah adanya tulisan seorang perwira Belanda, yang menyatakan bahwa perwira itu-lah yang berhasil menembak mati   Pangeran Jonet
2. Menurut tokok masyarakat sekitar Mesjid Jami Matraman di Jl Pegangsaan Timur, jakarta Pusat, RM Jonet meresmikan renovasi Masjid Jami Matraman pada tahun 1837, yang pertama kali dibangun oleh Prajurit Mataram, laskar    sultan Agung, pada saat penyerangan ke batavia 1628-1629, dan saat itu sendiri beliau (RM Jonet) bertindak sebagai Imam/Khatib
   Shalat Jum'at, sumber http://duniamasjid.islamic-center.or.id/1078/masjid-jami-matraman-jakarta/
Analisa
Fakta sejarah, belanda sangat merugi ketika perang diponegoro, walaupun perang diponegoro ini hanya 5 tahun tetapi kerugian yang diderita belanda sangat besar, mungkin dalam sejarah penjajahan
belanda di nusantara, perang diponegoro ini yang sangat melelahkan (merugikan belanda), untuk itu setelah peperangan diponegoro, belanda berusaha keras agar peperangan seperti ini tidak pernah ada lagi di nusantara. Faktanya belanda bukan hanya takut kepada pangeran diponegoro dengan me ngasingkannya ke luar jawa, tetapi belanda sangat takut juga kepada semua peninggalan yang berbau
Pangeran Diponegoro bahkan termasuk juga yang berbentuk benda mati, seperti pakaian, senjata, ataupun semua aksesoris yang berhubungan dengan Pangeran Diponegoro dengan cara mengambil paksa dari ahli waris dengan membawa barang barang itu ke negeri belanda. Jika benda mati penginggalan Pangeran Diponegoro saja belanda sudah sangat takut, apalagi dengan semua keluarga, keturunan, sahabat, kerabat ataupun yang siapa saja yang bersimpati kepada Pangeran Diponegoro, belanda melakukan pembersihan semua kerabat Diponegoro walaupun hanya seorang bayi. Dalam masyarakat jawa sangat kental dengan dunia spiritual sangat paham dengan konsep ratu adil, yaitu seorang pemimpin yang akan lahir yang akan mengubah keadaan dari masyarakat keterpurukan seperti penindasan, kesewenangan dari pemimpin yang tidak adil, situasi ekonomi yang carut marut dst, ke situasi yang lebih kondusif ataupun memberikan inspirasi kepada masyarakat luas untuk mengubah ke kondisi yang lebih baik. Salah satu tokoh yang dipercaya bisa mengubah keadaan ini adalah seseorang yang mempunyai spiriual tinggi, atau religius, apalagi jika seseorang ini
mempunyai trah (keturunan) yang baik, apalagi jika dia adalah keturunan raja atau tokoh kharistmatik. Dasarnya sangat jelas di dalam Al quran bagaimana Nabi Musa bisa membebaskan bani israil dari penindasan Fir'aun, bahkan Fir'aun beserta pasukkannya ditenggelamkan di laut, atau dalam hadits nabi ramalan yang menyebut seseorang yang bisa membebaskan konstatinopel setelah 7 abad nabi SAW wafat dialah Sultan Mehmed II atau juga dikenal sebagai Muhammad Al-Fatih, itulah dasar hukum bahwa Ratu Adil itu akan diturunkan Allah dalam kondisi tertentu.  RM Djonet melengkapi 2 sosok ini, selain seorang yang religius, beliau juga adalah satu satunya dari anak Pangeran Diponegoro yang mempunyai ibu masih cucu Sultan Hamengkubuwono I (RA Maduretno binti Gray Maduretno bin Sultan Hamengkubuwono I), ditambah lagi dari garis ibu (RA Maduretno bin Prawirodirejo III), RM Jonet adalah cucu Prawirodiredjo III, adipati Madiun yang terkenal melakukan pemberontakan kepada belanda, sebelum perang Diponegoro, bahkan pamannya (Sentot Ali Basya Prawirodirejo) adalah salah satu panglima Pangeran Diponegoro. Belanda walaupun orang eropa yang notabene-nya termasuk orang barat yang umumnya tidak percaya hal hal yang berbau mistik,  tetapi dalam kasus ini belanda  juga paham betul  (mempelajari) konsep mistik, religi, dan budaya jawa. Artinya mungkin saja belanda sengaja membuat tulisan (berita) yang menyatakan bahwa RM Jonet ini telah mati dibunuh agar masyarakat jawa umumnya dan
pengikut Pangeran Diponegoro mematikan harapan agar tidak muncul lagi pemimpin besar, artinya saat itu terjadi tekanan politik dari pemerintah belanda agar RM Jonet dinyatakan mati agar tidak muncul lagi gerakan diponegoro lain.
Tetapi rupanya belanda salah besar, Tuhan mentakdirkan lain, walaupun dari garis keturunan Diponegoro tidak ada lagi yang melakukan pemberontakan sebesar Pangeran Diponegoro tetapi ada tokoh lain yang mendapat inspirasi dari Pangeran Diponegoro,
muncul yang justru bisa memerdekakan negeri ini, yaitu Ir Soekarno, fakta sejarah menyebut bahwa Bung Karno adalah pengagum Pangeran Diponegoro, hal itu ditunjukkan dengan berziarah ke makam Pangeran Diponegoro beberapa bulan
sebelum kemerdekaan RI 17 aguustus 1945, fakta kedua ditunjukkan Bumg Karno dengan membuat acara haul Pangeran Diponegoro tahun 1955 di Istana Negara, dengan mengundang segenap keturunan Pangeran Diponegoro.
Yang menarik dari sisi kehidupan Bung Karno adalah beliau mengambil rumah di Jalan Pegangsaan Timur dan di rumah ini juga beliau memerdekakan RI. Banyak saksi mata menyebut bahwa jauh sebelum kemerdekaan Bung Karno sering tafakur, dzikir, berdoa, dan tentu saja salat di mesjid Matraman, mustahil orang sepintar Bung Karno tidak tahu sejarah Mesjid Matraman, pasti Bung Karno tahu entah itu dari tokoh masyarakat Mesjid Matraman ataupun yang lain bahwa
mesjid ini pernah direnovasi dan dijadikan shalat putra Pangeran Diponegoro, yaitu Pangeran Jonet, sang inspirator perjuangan beliau, bahkan Bung Hatta, proklamator negeri ini selama hidupnya selalu shalat jum'at di Mesjid Matraman, bahkan saat wafat-pun beliau di shalatkan di mesjid ini sumber http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/1849/Matraman-Masjid-Jami.
Mesjid Matraman bukan hanya media dakwah islam di masa lampau tetapi juga sumber inspirasi para tokoh kemerdekaan negeri ini. Di Jakarta ada beberapa tempat yang merujuk/penginggalan RM Jonet, diantara Condet, ada juga
yang menyebut bahwa kata Condet diambil dari Jonet, karena beliau sebelum pergi ke bogor pernah juga tinggal di sini, dengan menyusuri sungai ciliwung sampailah di Bogor, dan bertempat tinggal fi wilayah Pasir Kuda, Ciomas, Bogor.

                    Ir Soekarno ziarah ke makam Diponegoro, sebelum kemerdekaan 1945


Ir Soekarno & Bung Hatta ziarah ke makam Diponegoro, tahun 1950
Hanya sayang sekali bukti tertulis bahwa Pangeran Jonet pernah merenovasi Mesjid Jami Matraman tidak ada, selama ini hanya berupa cerita tokoh masyarakat, tetapi hal ini masuk akal karena Pangeran Jonet tidak mungkin mengungkap jati dirinya karena status beliau yang menjadi incaran belanda, jadi tidak mungkin beliau mau mengabadikan namanya ditulis dalam dokumen, literatur, apalagi monumen yang menyatakan beliau pernah merenovasi mesjid Jami Matraman, itu sama saja dengan bunuh diri. Tetapi keberadaan RM Jonet  di bogor bisa ditelusuri dari peninggalan keturunannya seperti makam, kebetulan makam ayah, nenek, buyut, bao, jangga wereng, udeg udeg sampai ke RM Jonet sampai saat ini ada semua, hal ini bisa menjadi bukti bahwa RM Jonet pernah tinggal di Bogor dan sekitarnya.
Jika Pangeran Jonet wafat di tahun 1837 ada beberapa teori yang mungkin bisa terjadi :
1. Pangeran Diponegoro ditangkap belanda tahun 1830 di magelang, kemudian beliau dibawa ke jakarta/ batavia, jarak antara magelang - batavia untuk saat itu sangat jauh, artinya rombongan Pangeran Diponegoro tidak mungkin sampai di Batavia dalam waktu singkat, jika Pangeran Jonet ada dalam rombongan itu dan beliau melarikan diri, membutuhkan waktu lama untuk bisa menyerang/melakukan pemberontakan di Jogyakarta, karena dari batavia ke bogor-pun butuh waktu lama, belum termasuk beliau tinggal, dan menikah, kemudian kembali lagi ke Jogyakarta mengumpulkan laskar yang bersedia membantunya, sebagai contoh Sultan Agung Mataram membutuhkan persiapan waktu lama untuk menyerang Batavia, ada yang menyebut 5 tahun, itupun posisi Sultan Agung sebagai raja yang mempunyai kekuasaan besar di tanah jawa, bagaimana dengan Pangeran Jonet, dimana sang ayah sudah ditangkap, dan Pangeran Jonet sendiri tidak mempunyai kekuasaan besar di tanah jawa, tentu saja accessnya serba tertutup ke segala kalangan, berbeda dengan sultan Agung, dan dalam posisi sebagai pelarian, artinya teori ke 1 ini kurang kuat jika Pangeran Jonet pernah tinggal di kota bogor, tetapi teori ini terbantah kalau Pangeran Jonet tidak pernah tinggal di bogor, dengan keberadaan peninggalannya diantaranya makam makam anak keturunan Pangeran Jonet yang ada di Bogor, seperti RM Harjodipomenggolo, RM Abdul Manaf di gg wates, gunung batu bogor, kedua makam anak Pangeran Jonet ini sudah masuk ke dalam dinas purbakala & cagar budaya kota bogor, kemudian dari anak Pangeran Jonet ini ada juga makam cucu, dan para keturunannya, seperti yang pernah saya tulis di atas, dan tidak sedikit anak keturunan Pangeran Jonet yang menjadi orang terkenal. Ada juga anak anak Pangeran Jonet yang keberadaannya masih misterius karena sampai saat ini makam-nya tidak diketemukan, mungkin keberadaan mereka sengaja tidak ingin diketahui umum untuk menghindari incaran belanda, diantaranya Ngabehi Dipamenggala atau lebih dikenal dengan Kiai Safawi yang sempat meresahkan belanda, beliau menutupi identitasnya khawatir belanda akan mengetahui siapa beliau sesungguhnya dan yang paling dikhawatirkan adalah belanda akan mengusik semua saudaranya yang di bogor, akhirnya beliau hijrah ke suatu tempat dan sampai saat inipun dimana makamnya tidak ada yang tahu, tetapi sebagian besar keturunnanya menjadi tokoh ulama di bogor, anak Pangeran Jonet lain yang tidak diketahui keberadaanya sampai saat ini adalah RM Harjo Tjokro Dipomenggolo atau dikenal dengan Pangeran Grinsing, beliau lebih tegas lagi dalam menghadapi belanda dengan melakukan pemberontakan secara frontal tetapi tidak di daerah bogor, karena khawatir belanda akan mengetahui keberadaan keluarga dan saudaranya, beliau Pangeran Grinsing melakukan pemberontakan basis daerah jawa tengah, ada yang menyebut daerah batang, pekalongan, dan sekitar semarang, dan sampai saat ini dimana makam Pangeran Grinsing belum ada yang tahu,  keturunannya banyak tinggal di daerah  semarang, solo, magetan, surabaya, dan sekitarnya,  tetapi walaupun mereka tinggal jauh dari bogor,  mereka  masih menjalin hubungan baik dengan saudara saudaranya yang ada di bogor dengan ziarah ke makam Pangeran Jonet.
Makam anak Pangeran Jonet yang telah menjadi cagar budaya oleh pemerintah kota bogor adalah RM Harjodipomenggolo dan RM Abdul Manaf, makam mereka bersebelahan di gg wates, gunung batu bogor, tidak jauh dari makam mereka ada makam Tumenggung Suriamenggala (wafat 1889 M) anak Patih Candramenggala (wafat 1857M) yang merupakan anak/cucu Adipati Sumedang Aria Surialaga, yang menarik perhatian adalah Pangeran Jonet dan keluarganya adalah buronan kelas wahid dari belanda, kenapa tinggal di daerah gunung batu, pasir kuda yang notabene-nya dekat dengan pejabat pemerintahan seperti Tumenggung, ataupun Patih ?.  Analisa saya adalah kemungkinan besar Pangeran Jonet justru mendapat perlindungan dari penguasa setempat yang masih keturunan Adipati Sumedang, mereka memandang Pangeran Diponegoro adalah seorang ulama yang berjihad untuk kepentingan bersama, Patih Candramenggala (wafat 1857) disamping selain pejabat beliau juga tokoh religius karena beliau juga sudah melaksanakan ibadah Haji, mempunyai gelar Haji Husein, haji saat itu bukan hal yang mudah karena disamping mempunyai harta juga mempunyai nyali besar dalam perjalanan karena saat itu menuju mekah bukan hal yang enteng, harus menghadapi perompak, dan tantangan alam yang besar, atau dengan kata lain Haji Husein yang merupakan anak Adipati Surialaga justru mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro. Besar kemungkinan nama Dipomenggolo juga diberikan oleh patih Candramenggala, untuk menyamarkan belanda dan Pangeran Jonet dianggap sebagai keluarga oleh patih Candramenggala. Selanjutnya untuk mempererat jalinan keluarga anak Patih Candramenggala yang bernama Tumenggung Suriamenggala dinikahkan dengan anak RM Harjomenggolo yang bernama Ray Gandamirah (cucu Pangeran Jonet), saat ini makam Patih Candramenggala, Tumenggung Suriamenggala, dan Ray Gandamirah berada dibelakang masjid Alhuda, Gunung Batu (tidak jauh dari makam RM Harjomenggolo).
2. Pangeran Jonet tidak pernah di kota bogor, ketika Pangeran Diponegoro ditangkap tahun 1830, Pangeran Jonet lolos dari sergapan belanda, beliau kemungkinan berpindah pindah tempat untuk menghindari intaian belanda dan para mata mata, karena belanda tahu diantara anak anak Pangeran Diponegoro, Pangeran Jonet sangat berpotensi melakukan pemberontakan Diponegoro jilid 2, dilihat dari garis silsilah dan watak beliau, seperti yang sudah diuraikan di atas. Kemudian Pangeran Jonet menyusun kekuatan sehingga terjadi pemberontakan yang menewaskan beliau di tahun 1837. Teori ini lemah karena dua hal, yaitu : 1. sampai saat ini tidak diketemukan makam Pangeran Jonet di sekitar Jawa Tengah, Jogyakarta, dan sekitarnya, karena kecil kemungkinan jika beliau tewas dalam peristiwa itu dimakamkan di bogor, karena disamping jarak yang sangat jauh akan banyak menyita waktu juga kerabat terdekat (keluarga) akan mempertahankan dimakamkan dekat mereka, kedua dari bukti point no 1 dari bukti bukti peninggalan keturunan Pangeran Jonet yang ada di bogor, sangat jelas bahwa Pangeran Jonet pernah tinggal, berkeluarga, dan mempunyai keturunannya di bogor

makam RM Harjodipomenggolo bin RM Jonet Dipomenggolo, gg wates gunung batu, bogor


makam RM Harjodipomenggolo dan RM Abdul Manaf sudah masuk cagar budaya

makam Tumenggung Suriamenggala bin Patih Candramenggala/RH M Husein, suami Ray Gandamirah (cucu Pangeran Diponegoro)